Sumatera Selatan merupakan kota yang cukup populer dengan berbagai destinasi wisatanya. Salah satu lokasi yang bisa anda kunjungi adalah pulau kemaro. Pulau ini menyimpan sejarah yang sangat unik. Bahkan legenda pulau kemaro menjadi salah satu cerita rakyat sumatera selatan yang melekat di masyarakat
Lokasi Pulau Kemaro
Pulau Kemaro terletak di kawasan Sungai Musi dan dapat ditempuh dalam waktu 20 menit dari Dermaga Benteng Kuto Besak. Pulau ini hanya seluas 30 hektar dan tidak terlalu besar karena merupakan rumah bagi ratusan orang. Namun, Pulau Kemalo selalu ramai dikunjungi wisatawan dan tidak akan pernah ditinggalkan.
Daya Tarik Pulau Kemaro
Daya tarik Pulau Kemaro salah satunya adalah bangunan menara yang ada di tengah pulau. Arsitektur klenteng ini sangat mirip dengan klenteng ala daratan tirai bambu. Legenda Pulau Kemaro tergambar di dinding samping menara 9 lantai ini. Bagian atas klenteng terdiri dari tempat peribadatan umat Buddha yang biasa digunakan oleh masyarakat etnis Tionghoa.
Sehingga tidak heran jika klenteng ini ramai menjelang Tahun Baru Imlek dan hari-hari besar umat Buddha lainnya. Bahkan, beberapa kamar di menara tersebut juga sering digunakan oleh para peserta perayaan Imlek untuk bermalam. Tepat di sebelah Menara adalah Menara Hawtin Bio, yang dikenal sebagai Bodhisattva Kannon. Terdapat makam Tan Bun An, para pengawal dan Siti Fatimah yang bisa ditemui di depan Klenteng
Legenda Pulau Kemaro
Kisah Pulau Kemaro berawal dari kisah cinta seorang saudagar Tionghoa yang menyukai putri dari Palembang. Tan Bun An seorang saudagar jatuh cinta kepada Siti Fatimah. Kemudian, Tan Bun An membawa Fatimah pergi ke China untuk meminta restu orangtua. Akhirnya terjadilah pernikahan. Orangtua Saudagar memberikan hadiah berupa 7 guci besar
Setelah itu, pasangan ini memutuskan untuk kembali ke palembang dengan membawa ketujuh guci tersebut. Saat di tengah sungai Musi, Tan Bun An penasaran dengan isi dari guci dan membukanya. Ternyata isi dari guci tersebut adalah sawi-sawi asin. Tan Bun An pun sangat marah dan memutuskan membuang guci ke sungai.
Saat hendak melempar, guci tersebut tidak sengaja jatuh dan pecah di kapal. Ternyata terdapat harta benda yang ditutupi oleh sawi-sawi asin. Tan Bun An telah melempar 6 guci sebelumnya. Dan akhirnya merasa menyesal dengan perbuatannya. Tanpa berpikir panjang, Tan Bun An melompat ke air untuk mencari guci yang sudah dilempar.
Selang beberapa saat, Tan Bun An tidak kunjung muncul ke permukaan. Hal tersebut membuat Fatimah panik dan memutuskan untuk menyelam. Hal sama pun terjadi pada Fatimah. Setelah kejadian tersebut, tak lama muncullah pulau kecil tepat di lokasi Tan Bun an dan Fatimah melompat. Akhirnya lokasi tersebut diberi nama Kemaro yang artinya kemarau. Karena tidak pernah terendam air.
Pesan Moral yang bisa diambil
Ada pesan moral yang bisa diterima dari cerita rakyat Sumatera Selatan ini. Pertama, anda perlu berhati-hati dalam menjadi hidup. Pesan berikutnya, jangan pernah terburu-buru dalam mengambil keputusan dan menilai sesuatu. Amati dan pelajari dengan baik agar kamu tidak menyesal seperti yang dilakukan oleh Tan Bun An sebelum terjun ke sungai Musi
Hal menarik dari cerita rakyat ini yang masih terjadi hingga sekarang adalah jika ada sepasang kekasih berketurunan tionghoa dan indonesia yang berniat untuk melangsungkan pernikahan, mereka akan berdo’a di Klenteng Pulau Kemaro. Harapannya, dengan melakukan permohonan disana, pernikahan akan langgeng dan disertai kebahagiaan.