Tanda dan Gejala Anak Autis Ringan

Secara umum, anak yang memiliki kondisi autisme ringan akan berhadapan dengan tangtangan yang harus dilewati pada masa perkembangannya. Biasanya, kondisi autisme ringan ini akan menyerang anak sebelum berusia tiga tahun.

Anak yang mengalami autis ringan pasti akan memperlihatkan beberapa gejala-gejalanya. Jika gejala tersebut muncul, maka segera berikan penanganan kepada anak melalui dokter, psikolog, ataupun psikiater.

Jika anda belum mengetahui gejala-gejala anak autis ringan, silahkan simak pembahasan kita di bawah ini.

Beberapa gejala anak autis ringan

Masalah berkomunikasi

Anak akan mengalami kesulitan mengembangkan komunikasi dua arah, menunjukkan ekspresi wajah, mengembangkan kontak mata dan bahasa tubuh.

Masalah sosialisasi

Anak akan merasa kesulitan untuk bisa menjalin hubungan dengan orang lain, berteman, berbagi, bahkan bermain. Anak juga kurang mampu untuk membangun emosi dan komunikasi dua arah.

Masalah perilaku

Anak akan cenderung mengulang-ulang kegiatan tanpa adanya alasan tertentu. Anak juga memiliki ketertarikan yang sangat besar terhadap seseorang atau sesuatu hal lainnya. Misalnya, anak sangat tertarik dengan sebuah gambar, dan ketertarikan ini membuat anak sangat pandai menggambar.

Masalah sifat

Anak memiliki sifat sangat peka terhadap rangsang sensori, seperti cahaya, suara, aroma, rasa sakit, dan sentuhan. Atau anak justru tidak memiliki sifat peka sama sekali terhadap rangsang sensori ini.

Itulah empat gejala anak autis ringan. Himbauan bagi orang tua agar tetap memperhatikan perkembangan dan gerak-gerik anak setiap hari, terutama pada tiga tahun pertama setelah kelahirannya.

Anak dengan autis ringan hanya membutuhkan dukungan tambahan agar bisa menjalani kehidupan dengan normal. Jadi, harus ekstra sabar untuk membantu kesembuhan anak dengan autis ringan ini. Pasalnya, sering kali orang tua atau orang di lingkungan sekitar justru terbawa emosi karena gejala-gejala yang ditunjukkannya.

Berikan terapi secara rutin kepada anak, mulai dari terapi wicara, terapi fisik, terapi perilaku, terapi okupasi, dan terapi bermain. Dengan begitu, secara perlahan anak akan kembali bersikap normal dalam kehidupannya.